Minggu, 30 Januari 2011

Konvensional Lebih Manjur


Manusia dan lingkungan, adalah dua hal yang saling melengkapi. Manusia ciptaan tuhan dengan segala keterbatasannya dan dengan berbagai kebutuhannya yang tak terbatas pastinya memerlukan pelangakap dalam hidupnya. Alam memberikan berbagai hal yang dibutuhkan oleh manusia. Kehidupan manusia di dunia sangat bergantung dengan alam. Mulai dari tempat tinggal, makanan, air, dan berbagai hal lainnya diperoleh dari alam dan lingkungan sekitar.
            Sama halnya dengan manusia, alam pun membutuhkan campur tangan manusia dalam pelestarian dan perawatannya. Mulai dari sekedar menanam pohon, menjaga hutan hingga melestarikan flora dan fauna lainnya yang telah ada di dunia ini. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dan alam saling ketergantungan agar dapat menjaga bumi ini tetap nyaman untuk menjadi tempat tinggal bagi makhluk hidup.
            Namun sayang, alam dan manusia kini seakan sedang bertarung sengit. Alam melawan manusia dengan menimbulkan berbagai bencana alam di berbagai belahan dunia. Mulai dari banjir, puting beliung, kebakaran hutan, gunung meletus, hingga tsunami. Tak jarang bencana alam seperti ini muncul secra bertubi-tubi di suatu negara. Seperti tsunami yang terjadi di Aceh yang kemudian disusul dengan tsunami di Yogyakarta. Dan gunung meletus yang baru-baru ini terjadi di Indonesia. Selang beberapa hari saja setelah Gunung Merapi meletus, Gunung Bromo kembali meletus dan seakan mengguncang Tanah Jawa. Banyak korban jiwa yang jatuh, selain itu perekonomian juga ikut mengalami gangguan.
            Bencana yang mengguncang suatu daerah tak hanya berpengaruh pada daerah tersebut saja, namun dapat berimbas luas pada daerah-daerah sekitarnya. Kegiatan prekonomian terganggu karena banyak petani gagal panen lantaran lahannya rusak, investor banyak menarik modalnya, dan wisatawan pun enggan berkunjung akibat bencana alam. Pendidikan terganggu lantaran banyak gedung sekolah rusak karena bencana alam. Transportasi terganggu lantaran ada jalan-jalan yang putus yang juga diakibatkan oleh bencana alam.
            Tapi jika kita mau meninjau kembali, dan mengintrospeksi diri, tidak salah alam menunjukkan kemurkaannya. Manusia yang  seharusnya menjadi sahabat alam dan memelihara alam. Kini justru hanya menjadikan alam sebagai pemuas kebutuhan semata. Terjadi exploitasi tambang dimana-mana. Pembalakan liar semakin tak terkendali. Laut pun tak luput dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia ini nyaris  luput dari perhatian. Satu hal lagi yang berpengaruh besar terhadap kerusakan lingkungan adalah berbagai limbah kegiatan manusia yang dibuang begitu saja ke alam. Polusi kendaraan dan asap-asap pabrik mendominasi dan tidak diimbangi dengan penyedeia oksigen berupa tumbuhan-tumbuhan hiajau. Hingga akhirnya saat ini lapisan ozon menipis dan global warming pun terjadi.
            Pengaruh global warming yang begitu besar seakan mengubah siklus kehidupan di dunia. Mulai dari musim yang kini tak beraturan. Cuaca hujan ataupun cerah kini sulit di prediksi. Kekacauan iklim ini juga diikuti dengan kekacauan yang terjadi pada siklus hidup tumbuhan. Khususnya tumbuhan musiman seperti mangga, durian, dan berbagai jenis tumbuhan lainnya. Tumbuhan-tumbuhan ini juga seakan ikut dilanda kebingungan dengan musim yang semakin tak menentu ini. Durian yang  seharusnya berbuah pada musim durian pada bulan januari atau februari kini justru belum tentu berbuah. Begitu juga dengan tumbuhan musiman lainnya.
            Hal ini terjadi lantaran perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cuaca di bumi. Ini terjadi karena keadaan cuaca dan iklim mempengaruhi ketersedian air dan suhu di bumi. Perubahan cuaca yang begitu extrim membuat tumbuhan juga harus semakin cepat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan alam. Hampir semua aspek kehidupan bergantung dengan tumbuhan. Tumbuhan lah yang menyebabkan adanya hutan yang merupakan habitat bagi hewan. Tumbuhan lah yang menjadi sumber sandang, pangan, dan papan bagi manusia.
Dapat dibayangkan, dengan tingginya tingkat ketergantungan antara tumbuhan dengan makhluk hidup lainnya, maka dengan kekacauan yang terjadi pada tumbuhan secara tidak langsung akan mengakibatkan kekacauan-kekacauan berikutnya. Tumbuhan di hutan yang seharusnya menjadi penyedia makanan bagi hewan yang tinggal di hutan justru tidak mampu menghasilkan makanan secara maksimal untuk hewan-hewan yang hidup di sekitarnya. Hewan sulit menemukan makanan walau pun pada musim pohon tertentu berbuah. Biji buah dari suatu tumbuhan yang seharusnya dapat disebarkan agar tumbuh menjadi individu baru oleh hewan setelah memakan buah dari pohon tersebut manjadi semakin sedikit. Persebaran pohon juga menjadi terbatas.
Tak hanya tumbuhan liar, tanaman yang ditanam secara sengaja atau dibudidayakan oleh manusia juga mengalami hal yang sama. Walaupun secara teori petani telah menanam tumbuhan yang sesuai musim, namun belum tentu tanaman tersebut dapat berkembang dengan baik. Hal ini terjadi karena kembali kepada pengaruh musim dan cuaca yang tidak menentu dan sulit di prediksi. Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan pangan bagi manusia.
Manusia dan hewan juga menerima pengaruh langsung akibat pemanasan global ini. Berbagai penyakit mulai berkembang. Salah satu penyakit yang kini menghantui iyalah penyakit kanker kulit. Hal ini terjadi karena radiasi matahari. Lapisan ozon yang semakin menipis ini menyebabkan radiasi matahari tidak dapat di bendung atau di saring sehingga lolos begitu saja ke bumi.
Belakangan ini memang telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi pemanasan global ini. Banyak upaya yang telah dilakukan baik oleh pihak pemerintah maupun pihak suwadaya untuk mengatasi dampak dari pemanasan global ini. Di beberapa daerah pemerintah telah memperbanyak kendaraan umum untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga polusi udara dapat berkurang. Melakukam kegiatan bersepeda bersama. Penghijauan dilakukan di berbagai tempat yang memungkinkan. Pinggir-pinggir jalan telah di Tanami tumbuhan. Berbagai limbah telah diusahakan agar dapat diolah kembali, baik untuk digunakan kembali atau hanya sekedar membuat limbah ini ramah lingkungan.
Salah satu upaya yang sesungguhnya dapat dilakukan ialah dengan lebih menekankan dan memperkenalkan kembali tentang Konsep Tri Hita Karana kepada masyarakat, khususnya masyarakat Bali. Namun konsep ini tetap dapat di terapkan di berbagai daerah, karena konsep ini bersifat universal. Konsep ini menjelakan tentang tiga hubungan yang harus dibina dengan baik. Hubungan baik antara manusia dengan Tuhan yaitu Prahyangan, hubungan baik anatara manusia dengan manusia yang disebut dengan Pawongan, dan hubungan baik antara manusia dengan alam dan lingkunagn atau palemahan.
Dalam konsep ini yang ditekankan adalah kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud ialah, kepercayaan dimana kebaikan dan ketentraman akan sealu menghampiri kita jika kita mau dan mampu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan pastinya juga dengan alam dan lingkungan sekitar kita. dan keyakinan bahwa bencana pasti akan datang ketika hubungan baik ini tidak terjaga lagi. Seperti yang tengah melanda bumi kita saat ini.
Seperti yang terjadi di salah satu desa adat di Kabupaten Tabanan, yaitu desa Sekar taji. Desa ini mampu menjaga kelstarian hutan bambu yang ada di wilayahnya. Dalam menjaga hutan bambu ini warga masyarakatnya hanya dilandasi dengan kepercayaan dan adat serta gotong royong. Hal ini telah diwariskan secara turun temurun. Hingga kini hutan bambu di desa tersebut tetap lestari sehingga lingkungan dan kehidupan mereka tetap terjaga keasriannya.
Alangkah lebih baiknya, jika cara-cara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat ini bisa diterapkan kembali di era modern ini. Walaupun cara ini bersifat konvensional namun kesuksesan masyarakat dalam menjalankannya lebih nyata terasa dari pada cara-cara modern yang dilakukan dan diupayak

Sabtu, 29 Januari 2011

Potret Pendidikan Indonesia


Belajar di kelas sudah menjadi rutinitas bagi setiap siswa. Belajar juga merupakan suatu kewajiban bagi mereka yang masih menyandang status sebagai seorang pelajar. Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah namun juga dapat berlangsung di luar sekolah. Pada umumnya waktu yang dihabiskan siswa untuk belajar di sekolah, cenderung lebih sedikit dari pada waktu yang dihabiskan di luar sekolah. Waktu yang dihabiskan siswa di sekolah hanya 7 hingga 8 jam dari 24 jam dalam sehari, dan sisanya diisi dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah. Seperti bermain, menjalankan hobi, menonton TV dan lain sebagainya.
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah atau yang disebut dengan pembelajaran formal diatur oleh peratran-peraturan dari pemerintah dan memiliki kurikulum yang telah ditentukan. Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berganti selama beberapa kali. Kurikulum pendidikan yang pernah diterapkan di Indonesia diantaranya adalah KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP yang berlaku di Indonesia saat ini memberikan ruang bagi guru untuk membuat kurikulum bagi sekolahnya masing-masing. Di satu sisi kurikululum ini dapat menjadi ruang bagi para guru yang kreatif untuk menuangkan ide-ide cemerlangnya tentang kurikulum yang tepat untuk diterapkan dalam sistem belajar mengajar sehingga mampu mencapai hasil belajar yang maksimal dari para siswanya. Namun di sisi lain bagi para guru yang kurang memiliki kreatifitas, maka perkembangan pembelajarn di sekolahnyapun akan ikut gerak jalan atau bahkan semakin menurun.
Sementara itu ujian nasional tetap diadakan dengan tujuan pemerataan pendidikan nasional. Padahal KTSP yang diterapkan dapat menyebabkan terjadinya ketidak merataan hasil pendidikan. SDM guru yang dimiliki oleh sekolah-sekolah di daerah bagian barat tentu saja jauh berbeda dengan potensi atau SDM guru yang dimiliki oleh sekolah-sekolah bagian timur, terutama daerah-daerah pelosok desa yang sekolahnya saja masih memiliki ruang kelas yang tidak layak pakai. Hal ini menunjukan perlu dilakukan suatu sinkroniisasi oleh pemerintah terkait dengan metode dan tujuan pencapain pendidikan Indonesia agar tidak menyebabkan kebingungan di kalangan orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan.  Semoga KTSP atau yang berupa otonomi pendidikan yang diberikan pemerintah kepada sekolah memang bertujuan untuk memberikan ruang yang lebih kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran di sekolahnya dan bukan merupakan dalih pemerintah untuk lepas tangan terhadap sistem dan hasil pendidikan di Indonesia.
Pendidikan formal cenderung menekankan pembelajaran yang berada di dalam kelas yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. Biasanya pembelajaran ini hanya akan berjalan jika ada guru dan sekelompok siswa. Terkadang guru hanya menyampaikan dan menjelaskan tentang berbagai materi dan teori-teori yang sesuai dengan kurikulum. Tak jarang ada juga guru yang masuk kelas dan menuntut siswanya untuk bertanya sebanyak-banyaknya. Penyampaian materi pembelajaran ini sebagian besar hanya bertujuan memberikan pemahaman dan pengertian tentang suatu materi. Ada juga guru yang hanya berpatokan pada soal-soal yang diprediksikannya akan muncul pada ujian ataupun ulangan umum.
 Maka dari itu materi pembelajaran akan lebih terbatas dan hanya berkutat dan berpatokan pada soal-soal ujian sehingga materi yang dianggap tidak keluar pada ujian pada akhirnya akan diabaikan, biarpun materi itu sesungguhnya penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Bagi guru yang menuntut siswanya untuk bertanya sebanyak-banyaknya, maka para siswa hanya akan mendapatkan materi sesuai dengan apa yang ditanyakan, tak jarang materi justru melenceng dari topik bahasan. Alhasil pengetahuan siswa kembali hanya terbatas seputar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saja.
Sangat jarang ada guru yang dalam proses pembelajarannya sehari-hari lebih menekankan pada paraktek dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan untuk mengetahui dimana diterapkan dan untuk apa materi-materi yang di berikan oleh ibu bapak guru didepan kelas. Yang mereka tau pasti, adalah mereka harus mendapatkan nilai ujian yang sesuai atau melampaui KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Ataupun hanya untuk sekedar menyandang predikat “lulus UN” pada ujian nasional. Setelah mereka menjalankan tes-tes itu maka semua materi pelajaran yang diberikan oleh bapak atau ibu guru pun ikut sirna dalam sekejap. Hal ini terjadi lantaran mereka merasa telah mencapai tujuan, yaitu mendapat nilai bagus dan lulus ujian. Alhasil setelah dihadapkan dalam kehidupan nyata kaum terpelajar masih dilanda kebingungan.
Terlepas dari sistem pendidikan formal, ada sistem pendidikan informal yang ada di luar lingkungan sekolah. Pendidikan ini utamnya didapatkan sejak dini di lingkungan keluarga. Pendidikan ini berupa penanaman sikap mental dan pembentukan kpribadian. Pendidikan ini dapat diberikan secara langsung oleh orang tuanya. Namun sebagian besar pendidikan ini dilakukan secara alami oleh seorang anak dengan meniru orang-orang yang lebih dewasa darinya. Orang-orang yang lebih dewasa ini dianggapnya menjadi figur panutan. Mereka meniru dari hal-hal kecil hinga kebiasaan dari orang-orang sekitarnya. Seperti cara makan, penampilan, gaya bicara, sopan santun hingga akhirnya membentuk suatu kepribadian dari seorang anak.
Media informasi dan teknologi juga dapat dijadikan sebagai media edukasi. Media informasi dan teknologi juga merupakan salah satu media yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap perkempangan keperibadian dari seorang anak. Melalui media informasi seperti televisi, radio, dan internet siapa saja dapat mendapatkan informasi apaun yang diingingkannya. Bagi anak-anak yang belum bisa memilah-milah mana hal yang baik dan hal yang buruk, ia akan menerima berbagai informasi begitu saja.
Seperti tayangan tentang tindakan kekerasan yang dilakukan saat rapat paripurna atau bahkan tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat kita. bukan tidak mungkin anak-anak menganggap hal ini sebagai hal yang bisa yang menyebabkan ia ingin meniru tindakan ini. Selain itu sinetron-sinetron juga memenuhi jam tayang di TV. Saat ini sebagian besar sinetron yang ditayangkan bersifat kurang mendidik. Tidak bisa dipungkiri media-media seperti ini juga memiliki peran dalam pendidikan dan pembentukan sikap mental para generasi muda.
Dari hal ini kita bisa melihat, bahwa di pendidikan formal para generasi muda sebagaian besar hanya diarahkan dan ditargetkan untuk mencapai nilai tinggi saat menghadapi ulangan dan ujian. Bukannya ditekankan kepada praktek dan implementasinya pada kehidupan serahi-hari. Padahal tujuan utama untuk bersekolah adalah untuk menjadi orang yang siap menghadapi kehidupan nyata yang menghadapkan kita pada berbagai tantangan. Bukannya hanya untuk mendapatkan nilai-nilai diatas kertas. Yang digunakan di kehidupan nyata adalah kemampuan dan pengetahuan, tidak cuma angka-angka yang dapat bersifat manipulatif. Di pendidikan informal, anak-anak bangsa telah mengalami krisis figur. Karena begitu sulitnya mencari figur, tak jarang justru banyak anak-anak yang salah langkah karena melihat figur-figur yang tak patut dijadikan panuatan.
Sebaiknya pemerintah yang memegang sistem pendidikan formal dan media yang memegang sistem pendidikan informal sebaiknya melakukan suatu evaluasi dan kerja sama. Pendidikan formal yang saat ini bertujuan sebatas mengejar angka, sebaiknya kembali diarahkan untuk menjadikan dan memacu anak-anak bangsa untuk mengejar masa depan bukannya justru mengejar angka-angka di atas kertas atau nilai semata. Media yang sebagian besar menayangkan-tayangan yang sifatnya kurang mendidik sebaiknya kembali diarahkan untuk menayangkan berbagai acara yang dapat membantu untuk mendidik dan membentuk sikap mental dari para generasi muda. Kedua aspek ini dapat bekerja sama dengan saling menunjang untuk memajukan generasi muda yang pastinya nanti akan baerdampak pada perkemabangan Bangsa dan Negara Indonesia kedepannya.

                                                

Kamis, 20 Januari 2011

SULIT DI MENGERTI

suatu malam, saat kurasakan badan kasarku terkunci kuat dan nafas ku sesak fikiran ku tak dapat berjalan. ntah apa yang sedang terjadi. apakah ku sedang bermipi atau memang benar-benar masih ada di dunia nyata. usahaku melapas belenggu seakan sia-sia, mengedipkan matapun ku tak sanggup. sampai sekarang ku tak pernah tau apa yang terjadi. sesuatu yang buruk slalu mengikuti, entah itu mimpi atau nyata. pernah ku merasa terbang megitari atap kamar ku sembari ada yang mengelus kepala ku. tak jarang hal ini justru membawaku kesuatu tempat yang ku tak tau dimana, enatah itu dunia maya atau memang benar-benar nyata. tapi yang pasti setiap ku berada disitu ku hanya bisa berdiri di sudut bidang tanpa bisa berbuat apapun. hanya melihat, mendengar dan memperhatikan. tak lebih. setelah itu semua hilang begitu saja.
situasi ini terkadang membuatku menerawang, memikirkan hal yang aku sendiri tak tau. membuat hari-hari ku semakin terasa mendung. Tuhan, semoga malam ku tak segelap itu dan ku bisa tidur dengan nyenyak...
ASTUNGKARA