Selasa, 02 Agustus 2011

PARIWISATA, JATUH BANGUNNYA PULAU DEWATA


Dunia Pariwisata, merupakan nadi utama penggeliat perekonomian Bali. Pariwisata juga yang membuat Bali terkenal hingga ke pelosok dunia. Bahkan para penduduk dunia lebih mengenal pulau Bali di bandingkan Indonesia. Masyarakat Bali membanggakan hal ini. Mereka senang tanah kelahiran mereka di puji, ditambah lagi dengan lapangan pekerjaan yang muncul akibat melesatnya dunia pariwisata.
Bangli, 2010
               Ini mendorong para semeton Bali untuk semakin giat mengembangkan dunia pariwisata. Mulai dengan mendirikan pusat-pusat pariwisata seperti hotel, restaurant ataupun tempat-tempat pertunjukan budaya. Semua ini dianggap mampu membangun pariwasta bali, hingga akhirnya mampu membantu perekonomian Bali. Padahal sesungguhnya tanah Bali semakin di eksploitasi dengan ambisi masyarakat Bali sendiri.
Mungkin hanya materi yang ada di benak orang-orang yang giat mengeksploitasi pariwasata. Tak mempertimbangkan apa sesungguhanya menjadi kebanggaan Bali, hingga mamu menarik perhatian milyaran pasang mata di luar sana. Bali yang dulunya asri, berbudaya, penuh dengan dengan masyarakatnya yang bersahaja dan ramah serta religius. Itu lah Bali yang dulu.
Namun sayang, keadaan itu kini perlahan semakin berubah. Krama bali semakin bringas dengan pariwisatanya. Sawah-sawah yang merupakan sumber pengasil pangan, tanpa rasa tega tak ditanami padi lagi, tapi justru ditanami tiang-tiang beton yang berdiri kokoh. Restaurant, hotel, dan panging-panggung pertunjukan itu lah yang ditemukan sejauh mata memandang. Padahal dulu, ketika mata berkeliling, ada saja lahan hijau persawahan yang terlintas. tapi sayang itu dulu.
Para petani juga tergiur akan tawaran harga dari investor terhadap tanah mereka. Tanpa fikir panjang mereka melepas begitu saja lahan sawahnya. Kendatu bagi orang Bali, sawah memiliki arti penting, padi ditanam di sawah, dan padi juga melambangkan Dewi Sri, dewi kemakmuran. Tapi itu juga tidak menjadi pertimbangan. Uang dan materi itulah yang menjadi tujuan utama mereka kini. Tak lagi seperti dulu yang religius dan berbudaya.
Pantai kini juga menjadi sasaran para investor untuk menancapkan tiang-tiang pariwisata. Pantai yang juga memiliki arti penting bagi karma Bali. Pantai dalam konsep hindu, dianggap sebagai tempat yang suci. Di pantai atau yang dikenal dengan segara di kalangan umat hindu Bali diyakini sebagai tempat yang berfungsi untuk melebur segala hal yang bersifat negatif. Di pantai juga dianggap tempat untuk menyucikan diri ataupun benda-benda pusaka. Setiap hari raya tertentu seperti hariraya Banyu pinaruh, masyarakat Bali berbondong-bondong pergi ke segara untuk menyucikan diri, setelah hari turunnya ilmu pengetahuan. Sebelum hari raya nyepi umat hindu juga ke segara dengan menyungsung due dari pura yang ada di desa-desa.  Pratima, Barong, atau  benda-benda suci lainnya diiring menuju pantai oleh masyarakat desa untuk disucikan sebelum menyambut taun baru saka pada hari raya nyepi.
Begitu pentingnya arti segara, dan keyakinan hindu yang percaya bahwa segara merupakan tempat yang suci, tak membendung langkah karma Bali  untuk menjadikan kawasan ini sebagai kawasan pariwisata. Di tepi-tepi pantai Jimbaran kini banyak berderet restaurant-restaurant yang menjadikan pantai sebagai nilai tambah untuk tempat mereka. Dengan harapan tamu yang singgah ke tempat mereka bisa menikmati kendahan pantai yang sesungguhnya memiliki arti sacral ketika mereka tengah makan sembarai bercengkrama dengan rekan mereka. Ini juga merupakan bukti bahwa keyakinan umat hindu bali tergoyahkan akan limpahan materi yang diberikan oleh dunia pariwisata.
Para investor diuntungkan dengan ambisi msemeton bali yang semarak mengembangkan pariwisata. Tapi sayang semakin lama tanah bali semakin jauh dari bali yang sebenarnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar