Minimnya
konsumen dan persaingan yang berlangsung di pasaran menyebabkan keberadaan
petani Indonesia menjadi terjepit. Jika saja pemerintah mau menata pertanian
lokal dengan lebih apik, maka sesungguhnya Indonesia tidak perlu melakukan
impor komoditas utama seperti misalnya beras. Indonesia merupakan Negara
penghasil beras terbanyak ke-3 setelah Cina dan India. Jika dilihat dari
produktifitas lahannya sesungguhnya Indonesia memiliki produktifitas yang jauh
melampaui kedua Negara tersebut. Selama
1 tahun Cina mampu menghasilkan beras 1,35 ton/hektar, India menghasilkan 0,92
ton/hektar, sementara Indonesia mampu menghasilkan 4,63 ton/hektar. Melihat
kenyataan statistic ini, maka timbul pertanyaan, mengapa Indonesia masih
mengimpor beras dan petaninya masih miskin?
Impor
beras terjadi karena produktifitas lahan yang tinggi tidak diimbangi dengan
luas lahan pertanian di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Cina dan India,
Indonesia memiliki wilayah pertanian yang jauh lebih sempit, sehingga beras
yang dihasilkan selama setahun juga lebih sedikit. Cina memiliki lahan
pertanian seluas 143 juta hektasr (14,8 % dari seluruh wilayahnya), India
memiliki lahan pertanian seluas 161 juta hektar (48,9% dari seluruh
wilayahnya), Sementara Indonesia memiliki lahan pertanian seluas 13 juta hektar
(2,5% dari seluruh wilayah Indonesia). melihat
fakta ini, sesungguhnya Indonesia mampu melampaui India bahkan Cina, jika saja
pemerintah mau konsisten memperluas lahan pertanian. Bukannya justru
mempersempit lahan pertanian dengan memberikan izin pembangunan berbagai gedung
seperti hotel, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya di atas lahan pertanian.
(Ceking, Tegalalang)
Dalam
konsistensi perluasan lahan pertanian, Indonesia dapat mencontoh Thailand yang
saat ini dikenal sebagai salah satu Negara pengekspor beras terbesar di dunia.
Thailand dengan konsisten menargetkan perluasan lahan pertanian sebesar 9,2
juta hektar. Bandingkan dengan Indonesia yang yang merencanakan perluasan lahan
hanya sebesar 500 ribu hektar sementara hal ini tidak terrealisasi, bahakan
yang terjadi justru alih fungsi lahan pertanian. Selain itu, Thailand juga
memberikan penyuluhan dan program pelatihan bagi petani, dan menargetkan
sebanyak 1 juta orang petani telah memiliki ilmu pengetahuan produksi dan
manajemen produksi. Dengan program-program tersebut, diharapkan petani di
Thailand tidak perlu berpindah profesi. Indonesia perlu belajar banyak dari
Thailand dalam upaya pengembangan sektor pertaniannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar