Selasa, 13 November 2012

Potensi Pertanian Indonesia (Part 2)


Minimnya konsumen dan persaingan yang berlangsung di pasaran menyebabkan keberadaan petani Indonesia menjadi terjepit. Jika saja pemerintah mau menata pertanian lokal dengan lebih apik, maka sesungguhnya Indonesia tidak perlu melakukan impor komoditas utama seperti misalnya beras. Indonesia merupakan Negara penghasil beras terbanyak ke-3 setelah Cina dan India. Jika dilihat dari produktifitas lahannya sesungguhnya Indonesia memiliki produktifitas yang jauh melampaui kedua Negara tersebut.  Selama 1 tahun Cina mampu menghasilkan beras 1,35 ton/hektar, India menghasilkan 0,92 ton/hektar, sementara Indonesia mampu menghasilkan 4,63 ton/hektar. Melihat kenyataan statistic ini, maka timbul pertanyaan, mengapa Indonesia masih mengimpor beras dan petaninya masih miskin?
Impor beras terjadi karena produktifitas lahan yang tinggi tidak diimbangi dengan luas lahan pertanian di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Cina dan India, Indonesia memiliki wilayah pertanian yang jauh lebih sempit, sehingga beras yang dihasilkan selama setahun juga lebih sedikit. Cina memiliki lahan pertanian seluas 143 juta hektasr (14,8 % dari seluruh wilayahnya), India memiliki lahan pertanian seluas 161 juta hektar (48,9% dari seluruh wilayahnya), Sementara Indonesia memiliki lahan pertanian seluas 13 juta hektar (2,5% dari seluruh wilayah Indonesia).  melihat fakta ini, sesungguhnya Indonesia mampu melampaui India bahkan Cina, jika saja pemerintah mau konsisten memperluas lahan pertanian. Bukannya justru mempersempit lahan pertanian dengan memberikan izin pembangunan berbagai gedung seperti hotel, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya di atas lahan pertanian.
(Ceking, Tegalalang)
Dalam konsistensi perluasan lahan pertanian, Indonesia dapat mencontoh Thailand yang saat ini dikenal sebagai salah satu Negara pengekspor beras terbesar di dunia. Thailand dengan konsisten menargetkan perluasan lahan pertanian sebesar 9,2 juta hektar. Bandingkan dengan Indonesia yang yang merencanakan perluasan lahan hanya sebesar 500 ribu hektar sementara hal ini tidak terrealisasi, bahakan yang terjadi justru alih fungsi lahan pertanian. Selain itu, Thailand juga memberikan penyuluhan dan program pelatihan bagi petani, dan menargetkan sebanyak 1 juta orang petani telah memiliki ilmu pengetahuan produksi dan manajemen produksi. Dengan program-program tersebut, diharapkan petani di Thailand tidak perlu berpindah profesi. Indonesia perlu belajar banyak dari Thailand dalam upaya pengembangan sektor pertaniannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar